Ngambar Arum, Cetak MC Dan Public Speaking Budaya Jawa Profesional

Ponorogo, sinarpos – Di tengah derasnya arus modernisasi, Sanggar Budaya Jawa Ngambar Arum tetap teguh menjaga warisan leluhur. Bertempat di Desa Dadapan, Kecamatan Balong, Ponorogo, sanggar ini menjadi ruang belajar sekaligus laboratorium budaya bagi siapa saja yang ingin menekuni seni pranatacara (MC) dan pamedharsabda (Public Speaking).

Darmuji (52), pembina sanggar, menuturkan awal mula Ngambar Arum berdiri pada tahun 2010. Uniknya, sanggar ini lahir dari perkumpulan MC Ponorogo yang semula hanya rutin mengadakan arisan. Dari obrolan ringan, lahir gagasan besar: mendirikan wadah resmi yang berfokus pada pelatihan MC adat Jawa.

“Karena sumber budaya manten berkiblat pada Kraton Surakarta dan Yogyakarta, maka bahasa yang digunakan juga baku dari Kraton. Sumber bahasa, adat hingga tata acara semuanya merujuk pada Solo dan Yogya,” jelas Darmuji, Minggu (5/19/2025).

Kini, setelah 15 tahun berjalan, Ngambar Arum sudah memasuki gelombang ke-9. Tercatat 84 peserta aktif yang datang dari berbagai daerah, mulai Pacitan, Wonogiri, Ngawi, Madiun, Magetan, Trenggalek, hingga Ponorogo sendiri. Latar belakang mereka pun beragam—dari pekerja, akademisi, hingga lulusan Sastra Jawa.

Program pendidikan yang ditawarkan cukup sistematis. Ada kelas Pranatacara Mudha (dasar) dengan durasi 10 bulan, Pranatacara Madya (lanjutan) selama 6 bulan, serta Pamedharsabda yang bisa ditempuh dalam 5 bulan. Pesertanya didominasi usia produktif di atas 20 tahun, namun ada juga yang berusia lebih dari 60 tahun, membuktikan bahwa semangat belajar budaya Jawa tidak mengenal batas umur.

Selain mencetak MC Jawa profesional, Ngambar Arum juga kerap mengisi workshop bahasa Jawa di sekolah maupun perguruan tinggi. Antusiasme pelajar dan mahasiswa menjadi semangat tersendiri. “Harapannya, generasi muda semakin tertarik untuk melestarikan budaya Jawa. Kami juga ingin bisa bersinergi dengan pemerintah daerah agar dampaknya lebih luas,” tutur Darmuji.

Supriadi, peserta asal Slahung, mengaku mendapat banyak manfaat dari Pawiyatan Pranatacara. “Ini menambah wawasan sekaligus memperkaya pengetahuan tentang bahasa dan adat Jawa,” ujarnya dengan semangat.

Di tengah gempuran budaya modern, langkah kecil Sanggar Ngambar Arum seolah menjadi jembatan. Menyatukan generasi, menjaga akar tradisi, sekaligus mencetak penerus yang tak hanya piawai berbicara di panggung, tetapi juga menghidupkan kembali ruh budaya Jawa.(dd)



PÉRANGAN PAWIYATAN ING SANGGAR NGAMBAR ARUM

Pawiyatan Pamedharsabda (Kelas Public Speaking)

Wucalan: Budaya Jawa, Tatacara Upacara, Hamicara ing acara adat, umum lan sanesipun

Dangunipun Wucalan: 5 wulan

Pawiyatan Panatacara Mudha (Kelas MC Dasar)

Wucalan: Kawruh dhasar Pambiwara/Panatacara adat,

ngadi busana-ngedi sarira, Paramasastra, Renggeping Wicara,

dhasar tembang, Padhuwungan, Lsp.

Dangunipun Wucalan: 10 Wulan.

Pawiyatan Panatacara Madya (Kelas MC Lanjutan)

Wucalan: Sanggit Tatacara adat, Sulukan, tembang, Sastra Jawa, Lsp

Dangunipun Wucalan : 6 Wulan



0/Post a Comment/Comments

Dibaca