Ponorogo - sinarpos - Tradisi Tumpak Landep kembali digelar di Griya Dhuwung, Beton Siman, Ponorogo, pada Jumat - Sabtu (21 - 22 Februari 2025). Ritual yang dilakukan dua kali dalam setahun ini mendapat apresiasi luas dari berbagai kalangan masyarakat.
Tak hanya dari Ponorogo, peserta juga datang dari daerah lain seperti Banyuwangi, Sidoarjo, dan Surabaya.
Tumpak Landep merupakan ritual jamasan atau pembersihan pusaka yang bertujuan untuk menjaga kelestarian benda-benda bersejarah.
Agung Priyanto, anggota DPRD Kabupaten Ponorogo yang turut hadir dalam acara tersebut, menekankan pentingnya pelestarian tradisi ini.
"Pusaka dijamas agar tetap terawat dengan baik. Selain itu, tradisi ini juga dipercaya dapat menghilangkan energi negatif, baik dari pusaka maupun pemiliknya," ujarnya.
Sebagai sosok yang telah enam kali menjabat sebagai anggota DPRD, Agung menilai bahwa Tumpak Landep bukan sekadar ritual, tetapi juga bagian dari kekayaan budaya yang harus terus dijaga. Ia berharap generasi muda turut serta dalam melestarikannya.
Selain prosesi jamasan, acara ini semakin semarak dengan pagelaran Reog Tua yang menampilkan pembarong legendaris seperti Mbah Wondo dan Wandi. Kehadiran para pegiat budaya semakin menambah nilai sakral dan estetika dari ritual ini.
Tradisi Tumpak Landep sendiri terdiri dari berbagai tahapan, mulai dari ziarah leluhur, kenduri, macapatan, jamasan, pasopati, hingga larungan. Setiap tahapan memiliki makna filosofis mendalam yang mengajarkan nilai-nilai kehidupan, kebersihan, dan penghormatan kepada leluhur.
Dengan terus dilestarikannya tradisi ini, diharapkan warisan leluhur tetap terjaga dan dapat diwariskan kepada generasi mendatang.(dd)
Posting Komentar